Keputusan juri di sebuah pengadilan di kota Ferguson Missouri
Amerika Serikat yang memutuskan untuk untuk tidak menuntut seorang polisi kulit putih yang
menembak mati seorang remaja kulit hitam tidak bersenjata di pinggiran kota St Louis bernama Michael Brown, berbuntut panjang.
Sejumlah warga marah menilai keputusan ini sebagai bentuk ketidakadilan terhadap warga kulit hitam Amerika. Namun sejumlah warga lainnya justru menyerukan untuk menghormati proses hukum. Demonstarsi besar-besaran pun terjadi beberapa hari belakangan ini dimana sejumlah toko dibakar dan banyak mobil dirusak.
Saat ini Gubernur Missouri Jay
Nixon hari Selasa (25/11/2014) mengerahkan pasukan Garda Nasional ke kota yang
sebagian besar dihuni warga kulit hitam itu untuk mencegah terjadinya kerusuhan dan penjarahan baru.
Kelompok-kelompok warga kulit hitam di seluruh Amerika
telah bersuara menentang apa yang mereka sebut sebagai ketidakadilan rasial
yang terus berlanjut. "Kita tidak bisa
terus-menerus mengadakan acara pemakaman dan membiarkan terus terjadinya
pembunuhan seperti ini," ujar William Barber, Presiden organisasi kulit
hitam, NAACP, di North Carolina.
Di bagian Amerika Barat Laut, demonstran di Los Angeles
menunjukkan kemarahan atas cara polisi memperlakukan warga kulit hitam pada
umumnya. "Saya tidak heran. Di Amerika,
polisi dan penjaga keamanan kulit putih membunuh seorang warga kulit hitam
setiap 28 jam. Jadi, hal ini tidak mengherankan saya. Saya kira yang lebih
penting adalah apakah orang-orang yang berkumpul di sini dan di jalan-jalan,
siap untuk menghentikan pembunuhan terhadap warga kulit berwarna di dalam
komunitas kita sendiri," kata Pete White, seorang warga Los Angeles.
Sampai saat ini nampaknya lebih banyak
kemarahan ditujukan pada sistem penegakan hukum dibanding pada 12 juri yang
dipilih secara acak dari penduduk Missouri. Banyak warga Amerika menyerukan aturan baru yang bisa mengurangi penggunaan senjata api oleh polisi.